Matinya Komunitas Literasi,Sebuah Otokritik

               (Sumber: Google Image)

Melalui gelombang gerakan sosial baru, muncuk revolusi kreatifitas anak muda sebagai bentuk perwujduan dan refleksi nilai-nilai sosial atas ketersediaan bacaan masyarakat yang hari ini sangat diperlukan dalam seluruh aspek kehidupan.

Ekspansi komunitas menjadi ikhtiar baru kalang muda yang menyukai satu padangan yang sama dan mempunyai etos kerja yang fleksibel. Sehingga dalam mewarnai bingkai kehidupan masyrakat perlu adanya gerakan anak muda yang berfokus kepada nash-nash keilmuan. Karena pandangan ini mengisyaratkan bahwa adanya egaliterian dalam konteks memproduksi dan mengkonsumsi ilmu pengetahuan.

Al-Qur’an ternyata menyebut secara langsung, bahwa mengajar itu menggunakan pena. Artinya, para warga belajar, dalam mempelajari sesuatu hendaknya dilakukan dengan tulis menulis, dan bukan sebatas mendengarkan. Menurut Imam Suprayogo, belajar dengan cara melihat, mendengar, dan kemudian menulisnya, hasilnya akan cepat diperoleh. Ilmu pengetahuan bisa masuk dan membekas atau memberikan kesan mendalam, manakala dilakukan dengan cara menulisnya.

Menulis adalah pendekatan yang efektif dalam belajar. Dengan menulis, maka sesuatu yang ditulis akan menjadi miliknya, dan ilmu atau pengetahuan yang ditulis tidak cepat hilang. Seharusnya dalam mengajar supaya memberikan peluang kepada warga belajar, agar menggerakkan semua inderanya, yaitu mata, telinga,  dan tangan untuk menulisnya. Keterpaduan antar berbagai indera itu, menjadikan pengetahuan dan bahkan juga pemahaman, akan semakin mudah ditangkap dan dipahami melalui menuliskannya itu.

Saya sependapat dengan pernyataan Pramoedya Ananta Toer yang mengatakan  “Orang-Orang Boleh Pandai Setinggi Langit,Tapi Selama ia Tidak Menulis ia Akan Hilang di Dalam Masyarakat Dan Dari Sejarah” refleksi teks ini di komparsikan melalui metodelogis hermeneutika merangkum bagaimana nash-nash daalm sebuah tinta pena merupakan simbol sebuah kerja-kerja ke abadiaan.

Persoalan lainya adalahnya persoalan konsumi buku yang malas, sehingga ekosistem dalam komunitas tidak hadir karena konsumsi buku saja tidak ada, yang dalam hal ini tidak adanya pertukaran pikiran hingga argumentatif bersifat filsafat analitik atau menguji sebuah dalil dalam buku. Kemudnurun sebuah komunitas ini merupakan kendalam pandemic di alami setiap individu maupun dalam rangkaian ekosistem komunitas tersebut. Bencana literasi ini menjadi tonggak awal keruntuhan peradaban kecerdesan dalam memperkaya sel-sel ilmu pengetahuan dalam otak.

Menjadi orang yang bodoh amat

Hidup matinya komunitas tergantung kepada para penggeraknya, yang diwajibkan untuk bergerak sehingga roda komunitas akan aktif, oleh sebab itu disebut penggerak dan pegiat. Tetapi ketika ada stganansi pergerakan maka roda ini akan mengkristal dalam wujud matinya sebuah komunitas.

Ketika meleburkan diri dalam komunitas artinya mempunyai kepercayaan bahwa kita mempunyai egaliterian dalam pandangan yang sama untuk mencapai tujuan. Para pegiat yang malas membaca akan mengaktifkan dimensi diskusi yang monoton dalam relung waktu ini. Yang akan berdampak kepada, ketidak tahuan akan bahasan yang ingin di diskusikan sehingga menjadi paradoks tersendiri karena malas membaca, komunitas tidak aktif, ruang diskusi yang tidak hidup bahkan ruang tulisan yang mati hempasan zaman.

Prinsip milenial dan seluruh komponen revolusi industri yang terus dimunculkan merupakan produk tentang mematikan realitas sosial. Sehingga kita tidak lagi beroientasi mencerdaskan  kehidupan Bangsa tetapi memperkaya keadaan oligarki yang semakin tumbuh. Akibatnya menutup mata dan membutakan keadaan sosial yang banyak masyarakat memerlukan bahan bacaan dan memerlukan akses buku yang mudah. Makanya ada pelencengan nilai-nilai sosial.

Gerakan sosial baru ini yang berwujud komunitas merupakan respon dari ketidak mampuan pihak pemangku kebijakan untuk menjawab realitas sosial, sehingga mendorong gerakan sosialis untuk memperdulikan masyarakat yang termajinalkan.

Menurut Thomas Kuhn, ilmu pengetahuan harus dilihat dari konteks sosial dan historisnya, yang mana perubahan pada ilmu pengetahuan tak bisa dipahami tanpa memperhatikan aspek sosialnya. Dari aspek sosio-culural ini dapat merfelksiakan bagaiaman tsebuah tantangan kehiduapan masyarakat yang bisa kita terjemahkan melalui sudut pandang komunitas literasi. Sehingga kehadiran komunitas adalah bentuk dari menangkap realitas sosial dan ketidak berdayaan para penguasa. Kalau secara struktural teralu dekat dengan pengausa yang berakibat akan mematikan nalar epistimologi sosial kita yang berdampak tidak akan ada lagi kepedulian dan menangkap realitas sosial sehingga menjadi prang yang ‘bodoh amat’. Ambil contoh hari ini para sekumpulan manusia yang menyebut diri mereka milenial masih saja memakai cara-cara kolonial karena terlalu dekat dengan penguasa sehingga meatikan konstuksi sosial.

Otokritik

Baca dan tulis merupakan nilai-nilai keTuhanan dan nilai kemanusia sebagai wujud ahsani taqwim, sehingga melahirkan peradaban manusia paripurna, seperti yang di ungkapkan oleh Ibnu Rusyd Bumi adalah tempat yang sangat cocok bagi manusia untuk membangun peradaban. Karena dimensi microcosmos ini menjadi tolak ukur bahwa peradaban manusia harus hadir sebagai kerja keabadian.

Realitas komunitas literasi yang berlindung dalam payung pegiat yang malas dalam memproduksi ilmu, merupakan ciri dari kematian yang bersifat angka sehingga tinggal menunggu para malaikat mencabut nyawa komunitas tersebut. Dalam konsepsi Humanisme seperti berupaya untuk merebut manusia dari alienasi oleh obsesi masyarakat pada dunia-sana dan mengakarkannya kembali ke dunia-sini.

Lewat ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu kemanusiaan, sejak abad ke-17 dalam empirisme Inggris sampai abad ke-19 dalam romantisme Prancis, gerakan ini menyuburkan penelitian-penelitian atas apa yang disebut ‘manusia alamiah’. Manusia alamiah itu bukanlah makhluk berdosa asal yang diusir dari firdaus yang lalu membutuhkan rahmat Tuhan untuk keselamatannya, melainkan suatu makhluk yang memiliki kebebasan dan akal, sekaligus juga – seperti binatang – didorong oleh naluri-nalurinya.

Dorongan humanisme menjadi pekerjaan yang terus dikembangkan sehingga akan terus menjawab realtias kehidupan sosial masyarkat yang hari ini sangat memerlukan pertumbuhan bacaan yang terbaru.

*) Al bawi

Komentar