Review buku : Perjalanan Anarki “menjadi tuan atas diri sendiri atau melawan”


Sebelumnya penulis sangat berterima kasih kepada M.Singgih Saputra (Pegiat Teaching and Trip) bersedia merekomendasikan buku ini dan ikhlas meminjamkanya kepada penulis.
Kalau fenomena saat ini orang banyak review/unboxing sesuatu dengan aplikasi berbentuk video,maka saya coba hal baru yaitu dengan tulisan, saya mencoba mengajak kepada pembaca untuk jangan hanya jadi pendengar yang baik,melaikan menjadi pembaca yang baik,karena dengan membaca tingkat ekspresif kita akan meningkat ketimbang menjadi pendengar.
Baru pagi tadi (22/10/2017) ketika melapak baca di Lapangan Murjani saya menerima buku ini dari teman saya Singgih. Kesan pertama,dari judulnya seakan menggambarkan bagaiaman petualangan seseorang dengan arah kiri dengan design cover yg mempunyai makna yang sangat misterius. Apakah ini buku dengan tingkat ketegang dan penuh dengan filsafat untuk menjacari sebuah kebijakan.
Sebelum kita kupas tuntas tentang buku ini penulis buku ini adalah Jazuli Imam seorang penjual kaos,penyeduh kopi di @Djelajah di Yogjakarta, penulis yang sudah meneribitkan beberapa karangan,silahkan cek saja di akun media sosialnya.
Baiklah,kita masuki lembaran pertama diBab pertama saya menemukan sebuah keunikan dari penulis sangat berbanding terbalik dari sebuah cover bukunya, saya belum menemukan kekautan pada buku ini,saya sara ah cuman cerita tentang sepasang remaja yang memadu kasih,namun jauh didalam itu ada nama yang sangat keren menurt saya yang menjadi tokoh didalam buku ini yaitu “EL” sebuah nama singkat dengan perawatakan seorang yang sangat idelis,penulis blog,pemain teather,pro lingkungan,seoarang pencita alam. Ah,ini adalah wujud dari manusia yang mempunyai kemerdaan 100% aktivis kampus yang menjaga idealisnya dengan pemeberontkan dengan melawan para dosen, EL sangat idealis,bukan idealis kebanyakan mahasiswa sekarang,mahasiswa sekarng ngaku idelis namun ketika bersama-sama melihat realitas sosial masyarakat mereka malah mengacuhkan. Sosok EL adalah wujud dari minoritas di kalangan mayoritas yang sangan dominan. Rasanya tak cukup lembar demi lembar menggambarkan sosok EL yang sangat langka kita jumpai di Muka Bumi ini.
Beranjak dari kisah lainya ketika EL mencoba masuk kampus dengan terlambat dosen tersebuh mulai marah degan EL mencoba mengomentari cara berpakaian yang amburadul dengan jeans sobek,pakaian tidak teratur sekaan bukan menggambarkan anak Ekonomi, nah di kejadian ini mulai lah bertemu dengan sekar seorang ketua HMJ di kampusnya perawakan cantik,cerdas dan bukan dari kebanyakan perempuan pada zaman ini,sekar mendapt perlakuan yang enak dan langsung masuk kedalam kelas namun El masih saja di depan dan mulai mengkritisi dosen tersebut, dosen itu pun langsung naik darah dan mencoba mengeluarkan El dari kelas entah kenapa sekar pun mengikutinya, mulai lah konflik ini terjadi El dan Sekar mulai terjadi kesamaan, walau dua karakter yang sangat berbeda El yang sangat suka akan Fisafat,Mendaki gunung,Pro Lingkungan pecinta buku,pecinta kopi. Sungguh memang kopi buku dan cinta jadi tawaran untuk mencari sebuah kebijakan dalam menjalani hidup. Ok,kita lanjut sekar adalah perempuan yang pandai dalam hal mata kuliah ekonomi,sangat pandai,mendapat beasiswa,IPK selalu diatas rata-rata.
Konflik demi konflik menyatukan mereka,mereka mulai menemukan sebuah kecocokan sampai dimana menurut saya konflik in menyatkukan mereka yaitu tepat di Segara Anak di Gunung Rinjani, kalau kalian penasaran saya jamin anda akan mendapatkan romansa romantic yang sangat relefan dengan percintaan saat ini,saya seakan terhipnotis akan kalimat-kalimat sakti dari El kepada Sekar,dibalik badan yang amburadul El menyimpan sejuta kejuta yang orang tidak bisa percaya kepda dia,Memang sosok El digambarkan seorang Mapala yang sangat amburadul suka ngerokok,kopi,naik gunung bahkan seorang pemabuk. Namun dibalik itu dia sangat peduli dengan orang miskin,dia sangat peduli dengan orang lain,tidak segan ia menghabiskan uangnya untuk fakir miskin.
Cerita ini sangat kompleks menurut saya mulai dari konflik dalam kampus dengan perdebatan yang sangat panjang,bahkan ketika kita berfikir tentang kampus maka kita selalu mengkitui apa kada dosen padahal kampus harusnya mengajarkan kita realitas kehidupan yang ada, ketika dikampus El adalah kampus Ekonomi,harusnya mahsiswa yang ada bisa memebrdayakan ekonomi secara kerakyatan atau yg kita kenal Ekonomi Pancasila konsep matang ini adalah konsep Indonesia Banget tapi dosen dengan desaknya utk membeli buku yang hanya terjemahan dari dunia Barat sana,sungguh miris melihat relitas yang ada saat ini. Dan lagi ketika Sekar sang kekasih memertanyak tentang kampus El pun menjawab “Kamu itu kampus banget sih” ucapan sederhana namun penuh makna,apakah kampus mengarjkan kita tentang peduli terhadap orang miskin,pernah kah kita makan di tempat kapitas merasa disekitar sekitar 100m adala orang miskin yang kelaparan? Penuh makna dan pernuh arti itulah mengapa Sekar melilih dia bukan dari cara berpakaian namun cara dia memandang sesuat dengan ke idealisnya.
Di buku ini sangat menggambarkan tentnag perjalanan 2 orang yang mengadu kasih dengan kemasan yang sanagt berbeda dengan kebanyakan orang,cara mereka adalah dengan melepaskan burung yang dijual dipasaran,dengan peduli lingkungna,berdiskusi,dengan skopi yang merka racik sendiri dan tak lupa mendaki gunung untuk melihat semesta dan mendekatkan diri kepada pencipta.
Saya rasa,bagi para pembaca sangat merekomendasikan buku ini terutama bagi kalian yang di posisi mahasiswa dengan hiruk pikuk kota dengan gemerlap lampu ibu kota. Sangat cocok untuk itu untuk mengubah paradigm kalian tentang seuatu yang dianggap tak berarti menjadi berarti. Pesan moral yang sangat mendalam dapat dilihat setiap bingkai kalimat yang ditulis,sajak puisi menjadi pengiring buku yang super duper keren ini. Saya hamper 6 jam berada di posisi temapt untuk terus mencicipi kenikmatan buku yang sangat ringan namun penuh makna dan arti sebuah kebijakan dalam melakukan seuatu, konsep ke-kiri-an yang penulis coba tawarkan seakan tidak terlihat dengan kalimat sastra yang begitu menyatat hati, bukan soal mendayu-dayu melainakn soal cara mengespresikan sebuah kalimat menjadi perwujudan nyata.
Sekali lagi saya sangat takjub dengan karya Jazuli Imam ini,semoga pembaca mendapat pengalaman baru tentang bagaimana menikmati hidup,dan tak lupa jangan beranggapan bahwa di dlaam buku hanya sepsang kekasih yang melampiskan nafsunya,bukan seperti itu namun makna sebuah kata kebijakan yang tergambar dari sebuh buku ini,sebuah makna ke-Indonesia-an,kemanusiaan,alam semesta menjadi warna yang dominan dengan kontkes hirarki dan otentiknya sebuah karya dikemas dengan nuansa kekiniaan.

Komentar