Pendidikan merupakan salah satu hal yang perlu diutamakan dalam kehidupan. Pendidikan bisa dibilang setiap tahun sistemnya selalu diperbaharui oleh pemerintah dengan tujuan mempermudah sekaligus modernisasi. Tak jarang perubahan tersebut mengundang beragam pro dan kontra di khalayak masyarakat sendiri. Sebagai contoh sistem pendidikan beberapa waktu lalu yang kontranya cukup naik daun ialah sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru.
Dampak Eliminasi Melalui Zonasi
Sistem zonasi yang mulai diberlakukan di beberapa daerah atau kota-kota besar banyak mengundang pertentangan. Saat tahun pelajaran baru pada awal tahun 2019, beberapa sekolah yang memberlakukan sistem zonasi dalam pendaftaran peserta didik baru mengalami kericuhan. Banyak pelajar yang tidak diterima di sekolah pilihannya karena jarak rumah ke sekolah melampaui zonasi yang sudah ditentukan. Akibatnya beberapa dari mereka melakukan aksi protes kepada sekolah, bahkan ke Dinas Pendidikan. Sistem zonasi diyakini kurang efektif, karena dianggap merugikan beberapa pelajar yang sebelumnya sudah berusaha keras agar bisa masuk ke sekolah impiannya. Bahkan beberapa orangtua dari para pelajar juga merasa keberatan karena harus masuk ke sekolah swasta yang memerlukan biaya cukup besar ketimbang sekolah negeri. Tak sedikit juga pelajar berakhir depresi karena sistem yang satu ini.
Perlunya Kesadaran Pemerintah
Memang pada awalnya tujuan pemerintah menerapkan sistem zonasi ini adalah untuk meratakan para pelajar, dan meniadakan istilah ‘sekolah favorit’. Tetapi setelah beberapa kontra dari masyarakat terjadi, pemerintah diharapkan dapat menimbang kembali sistem yang berpotensi memunculkan konflik ini, dan juga sesegera mungkin mencari solusi.
Komentar
Posting Komentar