Filantropi (bahasa Yunani:
philein berarti cinta, dan anthropos berarti manusia) adalah tindakan seseorang
yang mencintai sesama manusia serta nilai kemanusiaan, sehingga menyumbangkan
waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain. Makna Filantropi
tradisional yang dikenal dengan sikap kedermawanan karitas (belas kasihan)
sudahmulai dikembangkan dan ditafsir ulang pengertiannya dimana makna
Filantropi Modern lebih diartikandengan kedermawanan untuk melakukan Perubahan
dan keadilan sosial secara struktural berkaitan dengankemiskinan, hak asasi
manusia, pendidikan, kesehatan, gender, lingkungan hidup dan masalah sosialbudayadalam
arti luas. Karena kedekatannya makna asli filantropi dengan nilai-nilai
kemanusiaan dansosial maka dalam kajian ini Filantropi Modern dikaitkan
relevansinya dengan masalah kemiskinan,pendidikan, kesehatan, sosial budaya,
hukum, gender, dsb.
Konsep dasar kemanusiaan dewasa
ini hanya di peruntukan kepada generasi terdahulu atau berada di kalangan orang
tua, sifat kemanusiaan seyogyanya bukan hanya bermasalah kepada orang generasi
terdahulu melainkan generasi terbaru atau generasi milenals dan Z harus bisa
memaknai nilai kemanusiaan saat ini. Begitu banyak wadah filantropi hari ini di
Indonesia yang siap menampung para kader yang peduli akan bagaimana nasip para
fakir miskin dan semua persoalan yang ada.
“Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui” (QS Al-Baqarah 261)
Dalam surah ini sudah sangat
jelas bahwa nilai kemanusiaan akan mendapat pahala yang berlimpah ruah,
generasi muda 4.0 harusnya melihat peluang ini. Di era distrupsi saat ini yang
dimana seluruh masyarakat sudah menjadi masyarakat universal atau menjadi
masyarakat dunia dengan kecanggihan teknologinya, ada nilai yang harus di
tonjolkan yaitu nilai kemanusiaan, contoh sederhana ada kasus permasalahan
kemiskinan yang terjadi di belahan dunia sana, dalam beberapa menit kabar sudah
tersebar dalam semua meinstream media sosial. Semua lemabaga bahkan perorangan
berbondong-bondong akan membantu.
Generasi 4.0
Dunia hari ini sedang menghadapi
fenomena disruption (disrupsi), situasi di mana pergerakan dunia industri atau
persaingan kerja tidak lagi linear. Perubahannya sangat cepat, fundamental
dengan mengacak-acak pola tatanan lama untuk menciptakan tatanan baru. Disrupsi
menginisiasi lahirnya model bisnis baru dengan strategi lebih inovatif dan
disruptif. Cakupan perubahannya luas mulai dari dunia bisnis, perbankan,
transportasi, sosial masyarakat, hingga pendidikan. Era ini akan menuntut kita
untuk berubah atau punah. Tidakdiragukan lagi, disrupsi akan mendorong
terjadinya digitalisasi sistem pendidikan. Munculnya inovasi aplikasi teknologi
seperti Uber atau Gojek akan menginspirasi lahirnya aplikasi sejenis di bidang
pendidikan.
Tak terkecuali dengan konsep
berbagi ada banyak flatform berbasis kemanusiaan sampai lembaga amal zakat
sudah mengubah kondisinya yang jadul kini menjadi begitu modern. Tantangan sangat
besar harus di lewati itulah mengapa ada kalimat “bertahan atau mati di era
distrupsi”. Nilai kemanusiaan yang ada di sekitar kita yang selalu luput dari
pandangan kita tidak pernah kita membagikan kepada sesama, nilai moralitas anak
muda yang saat ini terpaku kepada gedget mengakibatkan percakapan dunia nyata
akan melunturkna nilai-nilai kemanusian dan sikap toleransi. Semua meinstream
media sosial ber isikan isu-isu konten 2 arah yang berbeda ada yang menonjolkan
positif ada yang sebaliknya tinggal para pelaku distrupsi bisa memfilter semua
itu, pointya adalah bagaimana kedepanya nilai kemanusiaan mulai dari
toleransi,mandangan modern,berbagi,hormat di kemas dalam sebuah era baru ini.
Pegiat Teaching and Trip
Komentar
Posting Komentar