Sambil Piknik


          




  Mengajar, kedesa dan bonus refreshing untuk relawan menjadi sanjata andalan TnT saat beraktifas komunitas. Membawa buku, membuat konsep akan kedesa mana yang sekolahnya memiliki tantangan lebih untuk disinggahi, sekaligus menyelam indahnya desa yang akan dikunjungi. Spirit berbagi di relawan TnT apik, dari ‘urunan’ untuk mengajar didesa, menggerakkan infaq buku berkerjasama dengan himpunan mahasiswa dan menguatkan media sosial para relawan untuk mengumpulkan buku sampai mengonsep kegiatan apa yang akan dilakukan didesa tersebut. Pengonsepan kedesa dan sekolah yang akan dikunjungi serta membuat indicator ketercapaian turun lapangan baik bagi komunitas maupun pada individu relawan. Semangat berbagi, berkolaborasi, dan memberdayakan di komunitas Teaching and Trip menjadi huruf cetak tebal dalam proses berkomunitas.
            Desa yang dikunjungi TnT pertama kali adalah desa yang akses listrik sangat minim, perusahaan listik Negara belum ‘mampu’ masuk kedesa tersebut waktu itu. Akses jalan menggunakan dua transport, jalan darat kemudian melintasi waduk selama 2 jam dari pelabuhan menuju desa, menggembirakan. Satu waktu pernah kedesa tujuan yang akan dilakukan kegiatan oleh TnT. Relawan dan penggiat berencana kesana karena mendengar desa tersebut keterbatasan guru dan fasilitas sekolah yang kurang memadai khususnya akses buku bacaan murid. Tujuan desa sudah sampai, benar adanya SD Negeri dengan 6 kelas dan hanya 3 guru pengajar. Satu kelas ada yang hanya 2 siswa. Senyum anak-anak pecah ketika relawan membawa buku bacaan sebanyak 12 dos untuk anak-anak disana. Semangat berliterasi bukan hanya tentang berapa buku yang dimiliki tapi sampai mana kita mau berbagi dan sama-sama memfasilitasi. Akses buku menjadi salah satu tantangan tersendiri untuk literasi di Kalimantan Selatan. Selain karena buku di Kalimantan Selatan yang mahal dan toko buku murah yang sulit dicari, ‘sama saja’. Jangankan memfasilitasi kegiatan literasi sekolah, fasilitas bukunya saja belum ada.

            Menarik untuk dinarasikan, pernah satu waktu komunitas TnT berkolaborasi dengan beberapa amil zakat melaksanakan save our school untuk sebuah sekolah didekat pusat kota. Sekolah tersebut memiliki 2 lantai dari kayu yang tidak lagi utuh, bolong-bolong besar. Masuk ke gang untuk menuju sekolah tersebut, hanya ada satu guru negeri dan itupun kepala sekolah, gaji guru ‘cukup’ karena menggunakan kata ‘kurang’ berarti tidak bersyukur. Tersimpan semangat untuk belajar  pada 41 murid sekolah tersebut. Konsep projectnya sederhana, karena TnT tidak memiliki banyak biaya untuk membantu renovasi sekolah dan memiliki spirit berbagi hasilnya adalah relawan dan penggiat Teaching and Trip  membuat plan untuk murid-murid disekolah tersebut dengan kegiatan outbound. Outbound tersebut bertujuan untuk penyegaran belajar mengajar di sekolah untuk meningkatkan motivasi belajar mengajar peserta didik yang ‘jenuh’ dengan keadaan belajar di lingkungan sekolah. Relawan dan penggiat diadu asah kekreatifitasannya untuk project satu ini. Membagi semangat belajar yang dibungkus permainan dan motivasi untuk anak yang tantangannya murid-murid disekolah dengan keadaan yang belum beruntung.
            Hal paling menyedihkan para relawan setelah dari kegiatan turun lapangan adalah ‘pulang’. Senyum anak-anak yang membekas, budaya salaman setelah kegiatan membuat getir dan ketagihan untuk terus mengabdi bersama, berbagi bermakna dan tentu saja menebar virus menggembirakan. Ditambah lagi pertanyaan anak-anak yang hampir sama jika sudah selesai kegiatan “wayah apa buhan pian kesini lagi?” atau “kena lagi ka lah, rami ka ai !”. Semangat berbagi dan mau belajar menjadi manusianya manusia dimulai dari melakukan dan wadah yang tepat untuk ‘kesukaan’ yang sama.

Penulis : M.Abid Mujaddid


Komentar