Oleh : S.K. Khairimay Z.R (
IPM HULU SUNGAI SELATAN)
“ …Di kandangan aku dilahirkan… “
begitulah lirik salah satu bait dari
lagu Roma atau Paris. Sebetulnya saat menyanyikan lagu itu, sering kali saya
kurang percaya diri. Karena mungkin perbedaan yang signifikan antara lirik
dengan realitas yang ada,hehehe…. Tapi,hal ini tidak sedikit pun bisa menjadi
alas an saya untuk tidak mencintai kota kandangan
satu kata Sembilan huruf, tentang
arti dan kebenaran sejarah pengambilan kata itu saya sedikit mengetahuinya,
dulu ketika cerita nenek moyang sampai sekarang katanya kandangan itu berasal
dari kata “hadangan” atau “kerbau” yang ada di wilayah Hulu Sungai Selatan,di
karenakan banyaknya kandang dari si hadangan tersebut, kemudian sei iring zaman
kata dari “kandang hadangan” sebagai konotasi kata yang mudah adalah
“kandangan”
bicara tentang Kandangan tentang
bagaiaman kota ini sebagai kota perjuangan mulai dari kerajaan Nagara Dipa
sampai pejuang panglima besar Alri Divisi IV Kalimantan yaitu Hasan Basri dan
tidak hanya dengan moment perjuangan tapi dari segi kuliner kandangan punya
sebutan “kota dodol”, karena dodol salah satu makanan atau kue tradisional
Kandangan, yang dimana jika kalian berkunjung ke Kandangan jangan heran jika
sering bertemu dengan took-toko penjual dodol yang bertebaran di sepanjang
jalan dan jangan khwatir kalian tidak akan diberikan dodol palsu karena semua
dodol di Kandangan itu asli seperti namnya DODOL ASLI KANDANGAN jadi jangan
risau karena dodol di Kandangan dipastikan asli..iya asli dari Kandangan,hehe..
***
Bergerak kearah barat kota
kadangan,tepatnya di kelurahan Kandangan Barat yang sering di sebut daerah
Pangkarungkungan karena banyaknya masyarakat disana ber profesi sebagai
pengrajin karungkung katupat(tempat. Hal ini sangat memudahkan sekali bagi saya
jika ingin memasak ketupat karena tidak perlu lagi mengayam karungkung sendiri.
Disinilah saya tinggal, di sebelah
barat kota kandangan yang jalan menujunya di pinggiri oleh sungai amandit yang
kini sudah mulai tercemar. Kalian Asri namanya,ia sering kali menjadi perasa
dari sungai amandit yang bersedih, itulah yang turut saya rasakan selama
tinggal disini.
Walau sering menjadi tempat curahan
hati sungai amandit yang bersih,sekali lagi tidak sedikitpun mengurangi rasa
cinta saya pada kampong persemayaman ini. Disini udara masih suci masih banyak
pepohohnan yang selalu ikhlas memberi oksigen. Damai, seakan butuh beribu tahun
bagi saya untuk melupakan tempat ini.
Istana yang saya tinggali kurang
lebih sam seperti istana-istana kerajaan yang luasnya 36m2. terdiri
dari 3 kamar tidur,ruang tamu, dapur dan garasi. Cukup besar
bagi saya,hehe.. persemayaman saya ini jadi saksi dimana kesendirian saya saat
para penghuni istana ini melaksanakan tugas masing-masing . karena terbiasa
sendiri asik,hehe.. tetangga istana
tidak sungkan mengajak saya menginap di istana jika penerangan mulai lelah
menerangi saat saya sendiri.
Entahlah, semuahnya memang sangat
lihai membuat saya semakin jatuh cinta pada kota kandangan, tempat saya beridiri
dimuka bumi ini.
Komentar
Posting Komentar